Cerita Seks Terbaru Teman Senamku
Cerita Seks Terbaru Teman Senamku – Sejak pengalaman Seks dengan Pinkan aku semakin aktif untuk mengikuti senam, biasa untuk menyalurkan hasratku yang menggebu ini. Kegiatan ini semua tentunya juga rapi karena aku tidak ingin istriku mengetahui hal ini.
Suatu ketika aku diperkenalkan pada teman-teman Pinkan satu kelompok, dan pinter sekali Pinkan bersandiwara dengan berpura-pura telah bertemu denganku pada suatu pesta pernikahan seseorang sehingga temannya tidak ada yang curiga bahwa aku telah berhubungan dengan Pinkan.
Hari ini, seusai senam jam 08.30 aku harus langsung ke kantor untuk mempersiapkan pertemuan penting nanti siang jam 14.00. Kubelokkan kendaraanku pada toko buku untuk membeli perlengkapan kantor yang kurang, saat aku asyik memilih tiba-tiba pinggangku ada yang mencolek, saat kutoleh dia adalah Tantri teman Pinkan yang tadi dikenalkan.
“Belanja Apa Chris, kok serius banget..” Tanyanya dengan senyum manis.
“Ah enggak cuman sedikit untuk kebutuhan kantor aja kok..”
Akhirnya aku terlibat percakapan ringan dengan Tantri. Dari pembicaraan itu kuperoleh bahwa Tantri adalah keturunan cina dengan jawa sehingga perpaduan wajah itu manis sekali kelihatannya. Matanya sipit tetapi alisnya tebal dan…, Aku kembali melirik kearah dadanya.., alamak besar sekali, kira-kira 36C berbeda jauh dengan Pinkan sahabatnya.
“Eh.., Chris aku ada yang pengin kubicarakan sama kamu tapi jangan sampai Pinkan tahu ya..”, pintanya sambil melirikku penuh arti.
“Ngomong apaan sih.., serius banget Tan, ada apa?”, tanyaku penuh selidik.
“Iya perlu sekali…, Tunggu aku sebentar ya…, kamu naik apa..”, tanyanya lagi.
“Ada kendaraan kok aku…” timpalku penasaran. Akhirnya kuputuskan Tantri ikut aku walaupun mobilnya ada, nanti kalau omong-omgngnya sudah selesai Tantri tak antar lagi ketempat ini.
“Masalah apa Tan kamu kok serius banget sih…”, tanyaku lagi.
“Tenang Chris…, ikuti arahku ya…, santai saja lah…”, pintanya.
Sesekali kulirik paha Tantri yang putih itu tersingkap karena roknya penChrisk, dan Tantri tetap tidak berusaha menutupi. Sesuai petunjuk arah dari Tantri akhirnya aku memasuki rumah besar mirip villa dan diceritakan oleh Tantri bahwa tempat itu biasa dipakai untuk persewaan.
“Ok Tan sekarang kita kemana ini dan kamu mau ngomong apaan sih..?”, tanyaku tak sabar, setelah aku masuk ruangan dan Tantri mempersilahkan duduk.
“Gini Chris langsung aja ya…, Kamu pernah merasakan Pinkan ya..?”, tanyanya.
Deeegh, dadaku berguncang mendengar perkataan Tantri yang ceplas ceplos itu.
“Merasakan apaan sih Tan..?”, tanyaku pura-pura bodoh.
“Alaa Chris jangan nyangkal aku dikasih tahu lho sama Pinkan, dia menceritakan bagaimana sukanya dia menikmatimu…, Hayooooo masih ga mau ngaku ya…”.
Aku hanya diam namun sedikit grogi juga, nampak wajahku panas mendengar penuturan Tantri yang langsung dan tanpa sungkan tersebut. Aku terdiam sementara Tantri merasa diatas angin dengan berceloteh panjang lebar sambil sesekali dia senyum dan menyilangkan kakinya sehingga nampak pahanya yang mulus tanpa cacat. Aku hanya cengar cengir saja mendengar semua omomgannya.
“Gimana Chris masih mau mungkir nih…, Bener semua kan ceritaku tadi…?”, Tanyanya antusias.
Aku hanya tersenyum kecut. Kuperhatikan Tantri meninggalkan tempat duduknya dan tak lama kemudian dia keluar sambil membawa dua gelas air minum. Tantri kembali menatapku tajam aku seperti tertuduh yang menunggu hukuman. Tak lama berselang kembali Tantri berdiri dan duduk disampingku.
“Chris…”, sapanya manja.
Aku melirik dan,
“Apa?”, jawabku kalem.
“Aku mau seperti yang kau lakukan pada Pinkan Chris…”, aku sedikit terkejut mendengar pengakuannya dan tanpa membuang waktu lagi kudekatkan bibirku pada bibirnya.
Pelan dan kurasakan bibir Tantri hangat membara. Kami berpagut bibir, kumasukkan lidahku saat bibir Tantri terbuka, sementara tanganku tidak tinggal diam. Kusentuh lembut payudaranya yang kenyal dia tersentak kaget. Bibirku masih bermain semakin larut dalam bibirnya. Tantri kelihatan menikmati sekali sentuhan tanganku pada payudaranya.
Sementara tangan kananku mengusap lembut punggungnya. Tantri semakin menjadi leherku diciumi dan tangan Tantri berada dipunggungku. Tanganku beroperasi semakin jauh dengan meraba paha Tantri yang mulus dia semakin menggelinjang saat tangan kananku mulai masuk dalam payudaranya. Tanpa menunggu reaksi lanjutan aku menaikkan BH sehingga tanganku dengan mudah menyentuh putting yang mulai mengeras.
Kudengar nafas Tantri memburu dengan diselingi perkataan yang aku tak mengerti. Tantri mulai pasrah dan kedua tangaku menaikkan kaos sehingga kini Tantri hanya memakai rok mini yang sudah tidak lagi berbentuk sedangkan BH hitam sudah tidak lagi menutup payudaranya. Kudorong perlahan Tantri untuk berbaring di Sofa, Aku terkagum melihat putihnya tubuh yang nyaris tanpa cacat.
Kuperhatikan putting susunya memerah dan kaku, bulu-bulu halus berada disekitar pusar menambah gairahku. Tantri hanya terpejam dan aku mulai menurunkan rok mini setelah jariku berhasil menyentil pengait dibawah pusar. Kini Tantri hanya tinggal memakai CD dan BH hitam kontras dengan warna kulitnya. Aku bergegas mempreteli pakaianku dan hanya tinggal CD. Cepat-cepat kutindih tubuh mulus itu dan Tantri mulai menggelinjang merasakan sesuatu mengganjal dibawah pusarnya. Aku turun menciumi kakinya sesenti Chrismi sesenti.
“Enggghh hhss”, hanya suara itu yang kudengar saaat mulutku beraksi di lutut dan pahanya.
Penisku terasa sakit karena kejang. Mulutku mulai menjalar di paha.. benar-benar kunikmati sejengkal Chrismi sejengkal. Tanganku mencoba menelusuri daerah disela pahany, Dan kudengar suara itu semakin menjadi saat tanganku berhasil menyusup dari pinggir CD hitam dan berhasil menemukan tempat berbulu dengan sedikit becek didalamnya.
Tanganku terus membelai bulu-bulu kaku dan tangan satunya berusaha mempermudah dengan menurunkan CD didaerah pada berpapasan dengan mulutku. Kusibak semua penghalang yang merintangi tanganku untuk menjamah kemaluan, dan kini semakin nampak wajah asli kemaluan Tantri indah montok putih kemerahan dengan bulu jarang tapi teratur letaknya. Mataku terus mengawasi kemaluan Tantri yang menarik, kulihat klitorisnya membengkak keluar merah muda warnamya, aku semakin terangsang hebat.
Mulutku masih disela pahanya sementara tanganku terus menembus liang semakin dalam dan Tantri semakin menggelinjang terkadang mengejang saat kupermainkan daging kecil disela gua itu. Kusibakkan dua paha dengan merentangkan kaki kanan pada sandaran sofa sedangkan kaki kiri kubiarkan menyentuh lantai.
Kini kemaluan Tantri semakin terbuka lebar. Mulutku sudah tak sabar ingin merasakan lidahku sudah berChriscak kagum dan berharap cepat menerobos liangnya beradu dengan daging kecil yang manja itu dengan bulu yang tidak banyak. Kumisku bergeser perlahan beradu dengan bulu halus milik Tantri dan dia hanya bisa terpejam dengan lenguhan panjang setengah menjerit.
Kubirakan dia mengguman tak karuan. Lidahku mulai menjilat dan bibirku menciba menghisap daging kecil milik Tantri yang menjorok keluar. Kuadu lidahku dengan daging kecil dan bibirku tak henti mengecup, kurasakan kemaluan semakin basah.
Tantri berteriak semakin keras saat tangaku juga mengambil inisiatif untuk meremas payudaranya yang bergerak kiri kanan saat Tantri bergoyang kenikmatan. Aku juga tidak tahan melihat semua ini. Kutarik bibirku menjauh dari kemaluanya dan kulepas Cdku sehingga nampaklah batang penisku yang sudah tegak berdiri dengan ujung merah dengan sedikit lendir.
Kusaksikan Tantri masih terpejam kudekatkan ujung penisku sampai akhirnya menyentuh kecil kemaluan Tantri. Jeritan Tantri semakin menjadi dengan mengangkat pantatnya supaya penisku menjenguk lubangnya. Kujauhkan penisku sebentar dan kulihat pantat Tantri semakin tinggi mencari.
Kugesek gesekkan lagi penisku dengan keras, aku terkejut tiba-tiba tanfan Tantri menagkap batang penisku dan dituntun menuju lubang yang telah disiapkan. Chrisnga lembut dan sopan penisku masuk perlahan. Saat kepala penis masuk Tantri menjerit keras dan menjepitkan kedua kainya dipinggangku. Kupaksakan perlahan batang penisku akhirnya berhasil menjenguk lubang terdalam milik Tantri. Kaki Tantri kaku menahanku dia membuka mata dan tersenyum.
“Jangan digoyang dulu ya Chris…”, pintanya dan dia terpejam kembali.
Aku menurut saja. Kurasakan kemaluan Tantri berChrisnyut keras memijit penisku yang tenggelam dalam tanpa gerak. Akhirnya Tantri mulai menggoyangkan pantatnya perlahan. Aku merasakan geli yang luar biasa.
Kuputar juga pantatku sambil bergerak maju mundur dan saat penisku tenggelam kurasakan bibir kemaluan Tantri ikut tenggelam dengan kulit penisku. Tak seberapa lama aku merasakan penisku mulai panas dan geli yang berada diujung aku semakin menekan dan manarik cepat-cepat.
Tantri merasakan juga rupanya, dia mengimbangi dengan menjepitkan kedua kakinya dipinggangku sehingga gerak penisku terhambat. Saat penis masuk karena bantuan kaki Tantri semakin dalam kurasakan tempat yang dituju. Aku tidak kuat dan
“Tantri aku mau keluar”, lenguhku.
Tantri hanya tersenyum dan semakin mempererat jepitan kakinya. Akhirnya, Kutekan semua penisku dalam-dalam dan kusaksikan Tantri terpejam dan berteriak keras.
Kurasakan semprotan luar biasa didalam kemaluan Tantri. Dan aku terus menggoyangnya, tiba-tiba Tantri berteriak dan tangannya memelukku kuat-kuat. Bibirnya menggigit dadaku sementara pantatnya terus mengejang kaku, aku hanya terdiam merasakan nikmatnya semua ini.
Aku menindih Tantri dan penisku masih kerasan didalam liang sanggamanya. Tantri mengelus punggungku perlahan seolah merasa takut kehilangan kenikmatan yang sudah direguknya. Perlahan kujauhkan pantatku dari tubuh Tantri dan kurasakan dingin penisku saat keluar dari liang kenikmatan.
Aku terlentang merasakan sisa-sisa kenikmatan. Tantri kembali bergerak dan berdiri. Dia tersenyum melangkah menuju kamar mandi. kudengar suara gemericik air mengguyur,
Tantri kembali mendekatiku, aku duduk diatas karpet untuk berdiri hendak membersihkan penisku yang masih belepotan, aku terkejut saat Tantri kembali mendorongku untuk tidur.
“Eh Tan aku mau ke kamar mandi dulu.., bersih- bersih nih..”
Tapi tak kudengar jawaban karena Tantri menunduk di sela pahaku dan kurasakan mulut Tantri kembali beraksi memanjakan penisku dengan lidahnya. Aku geli menggelinjang merasakan nikmatnya kuluman mulut Tantri ke penisku. Telur penisku dijilat dan dihisap perlahan. Serasa ujung syarafku menegang.
Kujepit kepalanya dengan dua pahaku, Aku mulia menggumam tak karuan tapi Tantri semakin ganas melumat penisku. Ujung penisku dihisap kuat-kuat kemudian dilepas lagi dan tangnnya mengocok tiada henti. Akhirnya aku menyerah untuk merasakan kenikmatan mulut Tantri yang semakin menggila.
Kulihat kepala Tantri naik turun mengelomoh penisku yang menegang. Saat mulutnya menghisap kusaksikan pipi Tantri kempot seperti orang tua. Penisku dikeluarkan dari mulutnya dan kusaksikan kepala penisku sudah memerah siap untuk menyemprotkan air kehidupan. Tantri kembali menggoyang mulutnya untuk penisku tiada henti. Kepala penisku mendapat perlakukan istimewa.
Dihisap dan dikulum. Lidahnya menjilat dan mengecap seluruh bagian penisku. Tangan Tantri membantu mulutnya yang mungil memegangi penisku yang mulai tak tentu arah. Aku kegerahan, kupegang kepalanya dan kuataur ritme agar aku tidak cepat keluar.
Hanya suara aneh itu yang sanggup keluar dari mulutku. Aku mencoba duduk untuk melihat seluruh gerakan Tantri yang semakin liar pada penisku. Kepala Tantri tetap dalam Chriskapan tangaku, kuciumi rambutnya yang halus dan kobelai punggungnya yang putih licin, dia mulai berkeringat mengagumu penisku. Mulut Tantri berguman menikmati ujung penisku yang semakin membonggol.
Tanganku kuarahkan untuk meremas payudaranya. Saat kegelianku datang, payudaranya jadi sasaran amuk tanganku. Kuremas kuat Tantri hanya mengguman dan melenguh. Gila, Sayang aku tidak berhasil mengatur waktu yang lebih lama lagi untuk tidak mengeluarkan cairanku. Mulut Tantri sekain ganas melihat tingkahku yang mulai tak karuan. Lenguhku semakin keras.
Diluar dugaan Tantri semakin kuat melakukan kuluman dan hisapan peda penisku. Akhirnya aku tidak tahan merasakan kenikmatan yang tiada tara ini. Kuangkat pantatku tinggi – tinggi, rupanya Tantri mengerti maksudku, dimasukkannya dalam-dalam penisku dan kurasakan Tantri tambah kuat menghisap cairanku aku jadi merasa tersedot masuk dalam mulutnya.
Tak seberapa lama setelah cairanku habis, Tantri masih mengulum dan membersihkan sisa-sisa dengan mulutnya. Aku hanya bisa tengadah merasakan semuanya. Setelah itu Tantri mulai melepas mulutnya dari penisku.
Kulihat semuanya sudah bersih dan licin. Tantri tersenyum dan dia mengelus dadaku yang masih telanjang. Aku baru bisa berdiri dan menuju ke kamar mandi saat Tantri beranjak dari duduknya untuk membuatkan aku minuman. Kubersihkan diriku. Aku minum sejenak, dan Tantri hanya diam saja memandangiku.
“Kenapa Tan..?”, tanyaku.
Dia memandangku dan berkata,
“Maaf ya Chris sebenarnya aku tadi hanya memancingmu saja kok, aku nggak tahu kamu udah pernah main ama Pinkan atau belum, habisnya aku lihat tatapan mata Pinkan sama kamu kadang mesra sekali sih aku jadi curiga”
“Gila, kupikir”, tapi aku hanya senyum saja mendengarnya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 12.45 aku harus bergegas untuk menyiapkan rapat. Kami berdua menuju ke toko tempat Tantri memarkir mobilnya. Selama diperjalanan kami semakin mesra dan berkali-kali kudengar lenguh manja Tantri seakan masih menikmati sisa-sisa orgasmenya.
Tangankupun sekali-kali tidak lagi takut menelungkup disela pahanya atu penggelayut di payudaranya yang besar. Bahkan Tantri semakin membiarkan pahanya terbuka lebar dengan rok terangkat untuk mempermudah tanganku mengembara dikemaluannya.
Tantri pun tak mau kalah penisku jadi sasaran tangannya saat tangaku tidak menempati kemaluannya. Kurasakan penisku tegang kembali. Tantri hanya tersenyum dan meraba terus penisku dari luar celana. Akhirnya sampai juga ditempat Tantri memarkir mobil dan kami berpisah, Tantri memberikan kecup manja dan ucapan terima kasih.
Aku hanya tersenyum dan bergumam,
“Besok aku mau lagi..”
Tantri mengangguk dan berkata
“Kapanpun Chris mau, Tantri akan layani”
Hati setanku bersoak mendengar jawaban yang mengandung arti kemanjaan sebuah penis dan keganasan kemaluan memerah dengan bulu halus. Pinkan tidak mengetahui kalau aku sering merasakan kemaluan Tantri yang putih dan empuk itu. Mereka masih tetap akrab dan berjalan bersama seperti biasanya.
Demikianlah akhir Cerita Seks Terbaru Teman Senamku ini berakhir.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,